Para peneliti telah membuat rekonstruksi 3D dari dua ekor nimfa serangga berusia 300-juta-tahun dengan menempatkan fosil di bawah X-ray.
Para ilmuwan belum memastikan bentuk dewasa serangga tersebut, tetapi mereka mengatakan mereka berhasil membuat scan gambar paling lengkap dari bayi serangga dari Era prasejarah di jaman Paleozoikum ini.
Kedua serangga dengan ukuran panjang lebih dari 0,8 inci (2 cm) ini serta fosil mereka, yang saat ini diketahui berada pada periode Carboniferous akhir (bagian dari Era Paleozoic), ditemukan di Montceau-les-Mines di Perancis. Para peneliti, dipimpin oleh Russell Garwood, dari Universitas Inggris dari Manchester, menerbitkan rekonstruksi mereka pada 25 September secara online dalam jurnal PLoS ONE.
Para ilmuwan memberi nama salah satu serangga serangga dengan nama Anebos phrixos, mengacu pada kata Yunani untuk "muda" dan "meremang," yang terakhir disebut karena duri pertahanan serangga tersebut. Para peneliti tidak menyebutkan nama serangga lainnya, tapi kata itu menyerupai kecoa modern dengan tubuh datar yang memungkinkan untuk menyelip ke celah-celah sempit dan menghindari membuat bayangan yang mungkin menarik predator.
Rekonstruksi 3D juga memberi para peneliti detil gambar dari mulut serangga muda, yang memberi petunjuk tentang jenis makanan mereka. Dalam fosil yang mirip kecoak ini, mereka menemukan sedikit bukti spesialisasi rahang tersebut, maxila dan bagian lainnya. Bukti ini menunjukkan apa saja utamakanan mereka.
"Sepert kecoak hutan moderen, mereka memakan sisa-sisa sesuatu yang membusuk di hutan," tulis para ilmuwan.
Peneliti telah beralih ke CT scan untuk menganalisis fosil dengan cara non-invasif. Tim lain melaporkan pada 18 September di jurnal Paleontologi bahwa mereka telah merekonstruksi moluska berduri yang merayap sekitar laut 390 juta tahun yang lalu dengan metode yang sama. Dengan mengambil rekonstruksi secara digital, mereka dapat melangkah lebih jauh, apalagi mereka menggunakan printer 3D untuk membuat model fisik dari makhluk laut.
Diterjemahkan dari http://www.huffingtonpost.com
0 komentar:
Posting Komentar